(Ifa Isfansyah/color/15min/Indonesia/2006)
harap tenang, ada ujian!
Add to My Profile | More Videos
On May 27th 2006 at 05.55 a.m., Jogjakarta city was shock by earthquake at 5.9 SR that killed over 6,000 people. That day was ten days before elementary school students did final examination and fourteen days before world cup 2006
Festival and awards:
1. Audience award-Jogja-Netpac Asian film Festival 2006
2. Best short fiction film-KONFIDEN Short Film Festival 2006
3. Slingshort Film Festival 2006
4. Best short film-Indonesian Film Festival 2006
5. Singapore International Film Festival 2007
6. In competition-Short Shorts film FESTIVAL & ASIA 2007
7. In Competition-Cinemanila Film Festival, Philipines 2007
8. International Signes de Nuit Festival Paris 2007
9. Internazionale d'art Festivale, Roma 2007
10. In competition-Almaty Int’l Film Festival, Kazakhstan 2007
11. In competition-Third Eye Film Festival, Mumbai 2007
12. Europe on Screen Film Festival, Jakarta 2007
13. S-Express Indonesia-Jakarta Int'l Film Festival 2007
preview other films by ifa isfansyah in www.myspace.com/isfansyahfilm
21 October 2007
20 October 2007
3rd BUSAN FIRE WORK FESTIVAL 2007
Festival kembang api ini sudah penyelenggaraan yang ketiga, setelah penyelenggaraan yang pertama pada waktu busan menjadi tuan rumah konferensi APEC tahun 2005. Mulai jam 12.00 semua sudah menuju ke Kwanganli, sebuah pantai yang terkenal dengan jembatan gantungnya di Busan. Bis penuh, subway penuh, semua menuju ke Kwanganli. Padahal acara baru akan dimulai pukul 15.00, itupun masih berupa pertunjukan di panggung utama. Sedangkan acara intinya baru akan dimulai pukul 20.00 waktu setempat. Kwanganli sore itu benar-benar gila, ratusan ribu orang mulai merayap menuju pantai yang panjangnya 2 km itu. Mungkin lebih dari 300.000 orang memadati pantai dan jalan-jalan di seputar pantai. Juga hotel, restoran atau apa saja yang berada di sekitar pantai.
Pukul 20.00, semua menghitung mundur dari angka 10. Setelah sampai pada waktunya, festival ini benar-benar menarik. Sekitar 45 menit kembang api dengan berbagai warna dan gaya benar-benar menghiasi atas jembatan Kwanganli. Kembang api itu di tembakkan dari beberapa kapal yang ada di tengah pantai. Dari jembatan juga meluncur beberapa kembang api dan juga lampu-lampu yang menjadikan suasana lebih emosional. Mulai dari gembira, kemudian iringan lagu menjadi sangat sedih dengan warna dan gaya kembang api yang lebih mengikuti irama ilustrasi musik yang di putar.
45 menit lewat, dan semua kembali ke rumah masing2 dan beberapa tidur di sepanjang pantai yang malam itu mencapai 15 derajat celcius. Di stasiun subway, harus mengantri 3 jam untuk dapat masuk ke subway. Perasaanku mungkin sama dengan perasaan ponakanku yang terlihat senang saat aku nyalakan kembang apinya dan aku lemparkan ke pohon mangga depan rumahku.
14 October 2007
LEBARAN DI PUSAN 2
Akhirnya sampai juga di masjid Al-Fatah di daeah Dusil setelah 30 menit naik subway. Masjidnya tidak begitu besar, dua lantai. Hanya saja hari itu terlihat beberapa bentangan karpet sampai di halaman dan lapangan pinggir masjid. Aku pikir jamaahnya akan sangat banyak. Masih jam 06.30, baru terlihat sekitar 200 orang. Aku langsung mengambil air wudhu dan naik ke lantai 2 masjid itu. Sempat teringat pesan pacar saat akan melepas sendal "Bawa tas kresek, buat nyimpen sendal kalo di masjid..biar gak ilang!" Walaupun kemudian sendalku satu2nya itu juga cuma aku geletakkan begitu saja di tangga masjid.
Hampir semua jamaah di masjid itu orang Indonesia. Sedih sekali rasanya, karena mendengar takbir berkumandang dan beberapa wajah orang-orang Indonesia menjadikan suasana lebaran sangat terasa. Sesekali tertidur karena malamnya tidak sempat tidur setelah closing Pusan Film Festival. Sedikit kaget saat bapak-bapak yang dari tadi memimpin takbir mengumumkan kalo sholat baru akan dimulai jam 10.00. Kalo tahu dari awal aku pasti akan tidur dulu dan baru berangkat jam 09.00 dari rumah.
Jamaah semakin bertambah banyak dan tidak hanya dari Indonesia, walaupun sebagian besar tetap berisi orang Indonesia. Mungkin hampir 1000 orang. Dan sedikit terhibur karena sempat melihat beberapa panitia membawa banyaak sekali bungkusan berisi ayam goreng, pasti akan dibagikan setelah sholat. Di belakang mimbar aku melihat sepertinya ada sedikit permasalahan kecil. Khotib yang aku juga nggak tahu dari negara mana akan menggunakan bahasa arab. Padahal hampir 80% jamaah orang Indonesia. Setelah itu diumumkan bahwa panitia mencari volunter untuk penerjemah khotbah, dari Arab ke Indonesia, dan tidak ada yang bisa, atau mungkin tidak ada yang mau.
Akhirnya sholat di mulai tepat pukul 10.00. Setelah itu Imam yang juga khotib langsung membacakan isi khotbahnya. Suasana benar-benar berubah seperti pasar, tidak ada yang mendengarkan khotbah, bahkan beberapa malah asyik foto bersama dan beberapa lagi langsung keluar, padahal yang aku tahu khotbah di idul fitri hukumnya wajib di dengarkan setelah sholat ied. Tapi yang bikin aku sedih, aku melihat di lantai bawah, bungkusan ayam sudah mulai dibagikan dan aku masih mendengarkan khotbah di lantai dua.
Khotbah selesai, semua turun ke lantai bawah, sekedar untuk bertemu teman, maaf-maafan atau antri makanan. Aku langsung lemas ketika melihat di tangga masjid tidak terlihat ada sendal biru kesayanganku. Aku cari dibawah, mungkin jatuh, juga tidak ada. Aku cari di tempat wudhu, mungkin di pakai orang, juga tidak ada. Orang-orang sibuk antri ayam goreng, aku sudah malas mikirin ayam goreng, aku sibuk dengan sendalku. Setelah lebih dari 30 menit aku mencari sendal di antara ribuan jamaah yang masih berada di sekitar masjid, aku memutuskan bahwa sendalku memang hilang. Aku benar-benar merasa seperti di Indonesia. Akhirnya aku hanya duduk di tangga menunggu jamaah yang di lantai dua turun semua, dan akhirnya tersisa sepasang sendal hitam yang sangat jelek, aku kenal sekali itu sendal dari Indonesia. Aku pakai sendal itu untuk berjalan menuju stasiun subway terdekat, pulang. Dalam hati aku berjanji, akan membawa tas kresek untuk tempat sendal di lebaran tahun depan.
Hampir semua jamaah di masjid itu orang Indonesia. Sedih sekali rasanya, karena mendengar takbir berkumandang dan beberapa wajah orang-orang Indonesia menjadikan suasana lebaran sangat terasa. Sesekali tertidur karena malamnya tidak sempat tidur setelah closing Pusan Film Festival. Sedikit kaget saat bapak-bapak yang dari tadi memimpin takbir mengumumkan kalo sholat baru akan dimulai jam 10.00. Kalo tahu dari awal aku pasti akan tidur dulu dan baru berangkat jam 09.00 dari rumah.
Jamaah semakin bertambah banyak dan tidak hanya dari Indonesia, walaupun sebagian besar tetap berisi orang Indonesia. Mungkin hampir 1000 orang. Dan sedikit terhibur karena sempat melihat beberapa panitia membawa banyaak sekali bungkusan berisi ayam goreng, pasti akan dibagikan setelah sholat. Di belakang mimbar aku melihat sepertinya ada sedikit permasalahan kecil. Khotib yang aku juga nggak tahu dari negara mana akan menggunakan bahasa arab. Padahal hampir 80% jamaah orang Indonesia. Setelah itu diumumkan bahwa panitia mencari volunter untuk penerjemah khotbah, dari Arab ke Indonesia, dan tidak ada yang bisa, atau mungkin tidak ada yang mau.
Akhirnya sholat di mulai tepat pukul 10.00. Setelah itu Imam yang juga khotib langsung membacakan isi khotbahnya. Suasana benar-benar berubah seperti pasar, tidak ada yang mendengarkan khotbah, bahkan beberapa malah asyik foto bersama dan beberapa lagi langsung keluar, padahal yang aku tahu khotbah di idul fitri hukumnya wajib di dengarkan setelah sholat ied. Tapi yang bikin aku sedih, aku melihat di lantai bawah, bungkusan ayam sudah mulai dibagikan dan aku masih mendengarkan khotbah di lantai dua.
Khotbah selesai, semua turun ke lantai bawah, sekedar untuk bertemu teman, maaf-maafan atau antri makanan. Aku langsung lemas ketika melihat di tangga masjid tidak terlihat ada sendal biru kesayanganku. Aku cari dibawah, mungkin jatuh, juga tidak ada. Aku cari di tempat wudhu, mungkin di pakai orang, juga tidak ada. Orang-orang sibuk antri ayam goreng, aku sudah malas mikirin ayam goreng, aku sibuk dengan sendalku. Setelah lebih dari 30 menit aku mencari sendal di antara ribuan jamaah yang masih berada di sekitar masjid, aku memutuskan bahwa sendalku memang hilang. Aku benar-benar merasa seperti di Indonesia. Akhirnya aku hanya duduk di tangga menunggu jamaah yang di lantai dua turun semua, dan akhirnya tersisa sepasang sendal hitam yang sangat jelek, aku kenal sekali itu sendal dari Indonesia. Aku pakai sendal itu untuk berjalan menuju stasiun subway terdekat, pulang. Dalam hati aku berjanji, akan membawa tas kresek untuk tempat sendal di lebaran tahun depan.
13 October 2007
TAKBIR DI PUSAN
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar.
La illaha ilallah wallahu akbar.
Allahu akbar walillah ilham.
02 October 2007
KELAS KOREA
Beberapa bulan yang lalu waktu sempat gabung di "Pusat Studi Korea UGM" aku sudah merasakan bagaimana susahnya memulai belajar bahasa Korea, walaupun mengajarnya pake bahasa Indonesia dan dengan lidah Jawa.
Ternyata itu belum ada apa-apanya dibanding disini, kelas Korea yang akan aku ikuti sampai berbulan-bulan ke depan ternyata di ajarkan oleh orang Korea..dengan bahasa China!!!!
Ternyata itu belum ada apa-apanya dibanding disini, kelas Korea yang akan aku ikuti sampai berbulan-bulan ke depan ternyata di ajarkan oleh orang Korea..dengan bahasa China!!!!
01 October 2007
PAL vs NTSC
Aku mulai meminjam studio editing di kampus. Birokrasinya sangat tidak merepotkan. Hanya mengisi no ID card di komputer lobby kampus dan mengambil kunci ruang editing di kantor yang berada di sebelahnya. Hardisk yang aku bawa langsung terdeteksi dengan cepat. Beberapa saat kemudian aku merasa ada sesuatu yang nggak beres. Oooh..ternyata masalah besar, semua sistem di Korea memakai format NTSC, sedangkan semua file video yang aku bawa semua berformat PAL.
Subscribe to:
Posts (Atom)