Hari ini akhirnya aku berhasil membuat janji untuk bertemu Prof. Nam In Young dan Prof. Son. Dua profesor Dongseo University yang sangat aku hormati sejak mulai kenal dengannya setahun yang lalu. Mungkin satu jam ngobrol-ngobrol di ruangan Prof. Son, tentang film pendek, tentang festival film, tentang peralatan Dongseo yang katanya bebas aku gunakan. Prof. Son mempunyai ide untuk memperkenalkan aku di kelasnya. Sebuah ide yang bagus. Jam 16.00, di Brainstorming Room 228.
Pukul 16.00 tepat aku masuki ruangan itu. mungkin 20 orang yang mengikuti kelas Sound ini, anak-anak semester 3. Aku mulai bercerita dengan broken inggrisku.
"Hello everybody, my name is Ifa!"
"Iba!"
"No, Ifa!"
"Oh..Ipha!"
"No man..Ifa!"
"Ipa!"
Oke, aku menyerah setelah aku ingat nggak ada huruf "F" di Hanggul mereka. Toh sama saja, mereka juga akan menuliskan namaku Ipha. Sedikit tidak terima, but that's ok!
"I'm from Jogjakarta!"
"Cukca..."
"No..Jogja!"
"Chukcha!"
"Repeat after me..Jogja!!"
"Chokcha!"
Oke lagi, sama saja. Mereka juga akan menulis Chokcha.
"You Know jogja?"
"Noooo!"
Kali ini mereka kompak menggeleng sambil tertawa. Kemudian aku melanjutkan cerita dengan broken Inggrisku. Tentang Film Indonesia, tentang Film di Jogja, tentang fourcolours. Tidak sampai 10 menit, aku sudah keluar dari ruangan itu.
Aku berfikir jauh ke depan. Aku masih punya banyak waktu untuk membuat mereka tahu dan hafal namaku. Tapi aku seperti sudah tidak mampu untuk membuat mereka mampu menghafal nama kotaku, setelah dua minggu yang lalu aku masih melihat amplop surat keberangkatanku tergeletak penuh debu di sebuah meja kantor Gubernur kotaku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment