Akhirnya sampai juga di masjid Al-Fatah di daeah Dusil setelah 30 menit naik subway. Masjidnya tidak begitu besar, dua lantai. Hanya saja hari itu terlihat beberapa bentangan karpet sampai di halaman dan lapangan pinggir masjid. Aku pikir jamaahnya akan sangat banyak. Masih jam 06.30, baru terlihat sekitar 200 orang. Aku langsung mengambil air wudhu dan naik ke lantai 2 masjid itu. Sempat teringat pesan pacar saat akan melepas sendal "Bawa tas kresek, buat nyimpen sendal kalo di masjid..biar gak ilang!" Walaupun kemudian sendalku satu2nya itu juga cuma aku geletakkan begitu saja di tangga masjid.
Hampir semua jamaah di masjid itu orang Indonesia. Sedih sekali rasanya, karena mendengar takbir berkumandang dan beberapa wajah orang-orang Indonesia menjadikan suasana lebaran sangat terasa. Sesekali tertidur karena malamnya tidak sempat tidur setelah closing Pusan Film Festival. Sedikit kaget saat bapak-bapak yang dari tadi memimpin takbir mengumumkan kalo sholat baru akan dimulai jam 10.00. Kalo tahu dari awal aku pasti akan tidur dulu dan baru berangkat jam 09.00 dari rumah.
Jamaah semakin bertambah banyak dan tidak hanya dari Indonesia, walaupun sebagian besar tetap berisi orang Indonesia. Mungkin hampir 1000 orang. Dan sedikit terhibur karena sempat melihat beberapa panitia membawa banyaak sekali bungkusan berisi ayam goreng, pasti akan dibagikan setelah sholat. Di belakang mimbar aku melihat sepertinya ada sedikit permasalahan kecil. Khotib yang aku juga nggak tahu dari negara mana akan menggunakan bahasa arab. Padahal hampir 80% jamaah orang Indonesia. Setelah itu diumumkan bahwa panitia mencari volunter untuk penerjemah khotbah, dari Arab ke Indonesia, dan tidak ada yang bisa, atau mungkin tidak ada yang mau.
Akhirnya sholat di mulai tepat pukul 10.00. Setelah itu Imam yang juga khotib langsung membacakan isi khotbahnya. Suasana benar-benar berubah seperti pasar, tidak ada yang mendengarkan khotbah, bahkan beberapa malah asyik foto bersama dan beberapa lagi langsung keluar, padahal yang aku tahu khotbah di idul fitri hukumnya wajib di dengarkan setelah sholat ied. Tapi yang bikin aku sedih, aku melihat di lantai bawah, bungkusan ayam sudah mulai dibagikan dan aku masih mendengarkan khotbah di lantai dua.
Khotbah selesai, semua turun ke lantai bawah, sekedar untuk bertemu teman, maaf-maafan atau antri makanan. Aku langsung lemas ketika melihat di tangga masjid tidak terlihat ada sendal biru kesayanganku. Aku cari dibawah, mungkin jatuh, juga tidak ada. Aku cari di tempat wudhu, mungkin di pakai orang, juga tidak ada. Orang-orang sibuk antri ayam goreng, aku sudah malas mikirin ayam goreng, aku sibuk dengan sendalku. Setelah lebih dari 30 menit aku mencari sendal di antara ribuan jamaah yang masih berada di sekitar masjid, aku memutuskan bahwa sendalku memang hilang. Aku benar-benar merasa seperti di Indonesia. Akhirnya aku hanya duduk di tangga menunggu jamaah yang di lantai dua turun semua, dan akhirnya tersisa sepasang sendal hitam yang sangat jelek, aku kenal sekali itu sendal dari Indonesia. Aku pakai sendal itu untuk berjalan menuju stasiun subway terdekat, pulang. Dalam hati aku berjanji, akan membawa tas kresek untuk tempat sendal di lebaran tahun depan.
1 comment:
kekekekekekekek... koyone sing njupuk yo wong Indonesia..kangen suasana nyolong sendal...
Sandal lenyap, ayam goreng menguap..
By: Novi
Post a Comment