
Handphoneku berdering, mungkin ini telpon darinya yang ketiga. Benar, dia. Aku mengangkatnya tanpa mengeluarkan sepatah kata, mungkin ia hanya mendengar desahan nafas kesalku.
“Maaf, aku terlambat..”
Dia membuka percakapan dengan kalimatnya yang sangat bodoh, sungguh kalimat yang sangat tidak tepat diucapkan oleh orang yang sudah dua tahun sekolah di luar negeri.
“Eh..maksudku..aku tetap datang..aku tetap datang..tunggu aku!”
“Please..jangan pulang..kamu sendiri bilang kan kamu datang kesini karena aku..”
Aku tetap tidak mengeluarkan sepatah kata untuk menunjukkan seperti apa perasaanku menunggunya. Dan dia tahu itu, lalu menutup teleponnya. Setelah telepon itu, mungkin aku masih duduk di tempat yang sama selama dua jam dan dia belum juga datang, juga tidak ada telepon maupun pesan pendek lagi darinya. Aku pergi.
Sekarang, aku sudah tidak bisa lagi menunggunya. Di hari yang sama saat aku meninggalkannya, dia juga meninggalkanku; untuk selamanya. Sebuah mobil berwarna merah mengakhiri hidupnya.
No comments:
Post a Comment