Showing posts with label Interview with. Show all posts
Showing posts with label Interview with. Show all posts

07 April 2008

INTERVIEW WITH HONGKONG BEATS MAGAZINE

BEATS is first and foremost a music magazine, with an eye and ear towards what's happening in dance clubs around the city. But it's much more than that. Beats is simply your monthly guide to entertainment. We'll tell you what's happening both locally and around the world when it comes to music, movies, DVDS, travel, books, food and more. We'll talk to the hottest emerging and established artists, whether they sing the songs, make the grooves, roll the cameras or act before your eyes. If something's happening in entertainment, we'll be sure to find out about it, because we want you to know too.

Beats Magazine (BM) : Describe your piece, Half Teaspoon, in your words?

Ifa Isfansyah (II) : Half Teaspoon is a pack of my dreams that I wish to never come true. A dream of sip in a mixture of three teaspoon coffee and half teaspoon sugar, a dream of watch movie in cheap theater, a dream of being unfaithful to my lover, a dream of take a bus to travel everywhere.

BM : What were the inspirations for the ideas of your piece?

II : In the beginning, I just want to make a boringness movie that make audience keep watching untill the end of my movie. I don’t know what kind of a movie that I want to make, what kind of a boringness that I want to create. A boringness is always identically with something not interesting. People always try and try to escape if they feel boring. What will happen if we face that feeling? Half Teaspoon start from that point.

BM : How was the process of turning this idea in your head into an actual media form?

II : I more often to come to the painting/photography exebithion. I still didn’t know why people can enjoy and see the static picture for a long time. Normally, people can enjoy the painting/picture not longer that 1 minute and leave it. But someday, I found someone who stand and watch one picture for 30 minutes. I don’t know what he’s thingking about? What will he get if watch the picture for 30 minutes? Why he decide to leave that picture after 30 minute? I want to know the answer of all my question. So, I try to watch the same picture for 30 minutes, but I feel so boring in 5 minutes. After 5 minutes, I get more visual experience. But the most important is I get more psychologycally experiece : the first one minute I feel something beautiful, next two minutes I feel so lonely, next one minute I feel boring and the last one minute I missing someone. From that point, I want to create Half Teaspoon like a painting or photography exebithion and have a story inside. I want my boringness stock was empty before start to shot Half Teaspoon, just for one mission : a comfortable borringness.

BM : Toughest part of the process?

II : I have two toughest part and both have a relation. First, I feel difficult to direct and explain my concept to my actor/actress. Because all of them is our parents. The Husband (played by Suhartono) is my father, The Wife (played by Titi Dibyo) is my cinematographer’s mother and The Bus Driver (played by Suparwoto) in my editor’s father. Especially my father, he like my previous movie very much (Be Quiet, Exam is in Progress!) and that movie have a different style with Half Teaspoon. Maybe he feel confuse when realise what kind of a movie that I will make in Half Teaspoon. Finally, I just say to them : play your role untill you feel so boring, if you start to feel boring just raise your hand..i will say cut. In one short scene in this film, I can have a 10-15 minutes footage. That’s why I have length feature film in the first draft of editing, 72 minutes. That’s mean also I have second toughest part. I like the first version, I really feel boring when I watched, but I also feel uncomfortable, I didn’t want it. I cut and cut again untill I have 18 minutes version. In this part, the story was change and very different with the script that we use for shooting. But, that is filmmaking and I like it.

BM : What's next after you've won the IFVA?

II : First, I must finish my scholarship program in Pusan, South Korea, and also prepare for my first length-feature film, One Day When The Rain Falls. I make my first feature with Fourcolours Films and still looking for any kind of co-production or funding. I also co-founded the Jogja-Netpac Asian Film Festival and this year on progress for the 3rd round. This year, I also start to developed a new distribution system in Indonesia, KoperasiFilm.com, a project that aims to establish an online archive and store so that Indonesian independent films may be appreciated in a larger scale.

BM : Last question, describe about yourself?

II : I was born, grew up and spend my whole life in Jogjakarta, Indonesia, the city that I love it very much. I founding Fourcolours Films in my hometown and has been actively producing short films. I was just an ordinary boy next door before I started making film. I suddenly have a particular weight that I have to carry along because I started it all in the city where there was no such thing before. Now I’m living in Pusan South Korea for one and a half year. Leaving all that I love in my hometown just to learn, improve and enhance what I’ve chose; filmmaking.

24 January 2008

INTERVIEW DENGAN KBS

Minggu kemaren habis di wawancara sama KBS, sebuah stasiun televisi dan radio di Korea. Bisa di dengarkan disini.

28 November 2007

INTERVIEW WITH JEONG YU MI

Jeong Yu Mi adalah salah satu actrees di Korea yang memulai kariernya dari film pendek lima tahun yang lalu. Setelah itu ia membintangi beberapa film dan serial televisi. Pada tahun 2005 dia berhasil mendapatkan dua penghargaan untuk actrees pendatang baru terbaik di dua filmnya.




Filmografi :

1. A Bittersweet Life (2005)

2. Close to you (2005)

3. Blossom Again (2005)

4. Family Ties (2006)

5. Que Sera Sera (TV Drama/2007)

6. Shim's Family (2007)


Berikut ini sedikit interview dalam broken english (Yu Mi) dan broken korea (Ifa) yang telah di edit menjadi broken indonesia :

Ifa (I) : Saya mengenal kamu dalam dua karakter, Yu Mi di film pendek pertamamu 4 tahun yang lalu dan Yu Mi yang sekarang ada di hadapan saya, ada bedanya?
Yu Mi (YM) : Ada dan tidak. Secara personality saya tidak berubah, seperti yang kamu liat sendiri dengan penampilan saya sekarang, saya 4 tahun yang lalu juga seperti ini. Dan kamu juga tahu saya naik mobil sendirian, walaupun manager saya selalu cerewet untuk menemani kemanapun saya pergi, karena itu yang dilakukan hampir semua artis di korea. Tapi saya juga merasa berubah, dulu saya sangat menyukai cermin, tiap hari saya duduk di depan cermin memandangai wajah saya. Sekarang saya juga masih melakukan itu, tapi membenci cermin karena saya merasa wajah saya berubah, saya ingin kembali dengan wajah saya 4 tahun yang lalu, saya 21 tahun waktu itu. Saya merasa wajah saya masih sangat natural di film pertama yang kamu liat itu.

I : Mmh..apa yang bisa membuat kamu nggak berubah?
YM : Saya sering ke Busan. Busan adalah hidup saya, sedangkan Seoul adalah kerjaan saya. Setiap tidak ada shoting saya selalu ke busan, kota kelahiran saya dan tempat dimana semua keluarga saya tinggal. Saya menyepi disini, saya suka sepi. Minum kopi dan membaca buku (Yu Mi mengeluarkan buku "Onel Sarangi", sebuah buku yang di tulis oleh seorang penyanyi terkenal korea). Saya sedang belajar untuk mengendalikan dan menenangkan pikiran dengan menyepi dan menyendiri di busan.

I : Yang tidak di sukai selama kamu pulang ke Busan?
YM : Ibu saya selalu marah karena saya bangun terlalu siang. Ibu saya masih tidak bisa punya anak yang bangunnya siang. Apalagi saya anak perempuan. Padahal saya ke Busan untuk itu, bangun siang, tapi itu yang Ibu saya paling nggak bisa ngerti. Makanya saya selalu renang di pagi hari. Alasan yang pertama karena memang saya suka renang, alasan yang kedua untuk menghindari ibu saya yang marah-marah.

I : Rencana tahun depan?
YM : Saya agak mengurangi jadwal shoting, tapi saya juga ada kontrak dengan beberapa pembuat film independen untuk main di feature film pertama mereka. Saya suka independen, karena saya masih ingat saya mulai dari dunia itu. Saya senang sekali dan menikmati main di film independen. Tapi ya seperti kamu juga tahu, susah buat mereka memulai membuat film panjang yang pertama. Jadi saya nggak tahu kapan akan shoting, tapi saya sudah janji membantu mereka. Kadang selalu jadi masalah saat saya punya managemen, karena saya hanya ingin membantu, tapi managemen punya standar yang lain.

I : Ada keinginan pencapaian lain?
YM : Bikin film!! Saya ingin sekali menjadi sutradara film pendek..independen..saya sudah punya cerita.

24 September 2007

INTERVIEW WITH KIM JONG KWAN

Kim Jong Kwan lahir di Seoul pada tahun 1975, lulus dari Seoul Institute of the Arts. Beberapa film pendeknya menang di festival film di Korea. Filmnya “Monoloque #01” berhasil masuk di sesi tiger competition untuk short film di Festival Film Roterdam 2007. Sekarang dia sedang mempersiapkan film panjang pertamanya, A boy.

Selected Filmografi :
1. Wounded (2002)
2. Tell Her I Love Her (2003)
3. How to Operate a Polaroid Camera (2004)
4. Slowly (2005)
5. Lonely Season (2006)
6. Monoloque #01 (2006)
7. Waiting (2007)

Berikut rangkuman pembicaraan saya dengan Kim Jong Kwan selama di Almaty dan Seoul, tentang dirinya dan film. Dia tidak bisa berbahasa Inggris dan saya tidak bisa berbahasa Korea.

Ifa (I) : Siapa Jong Kwan?
Jong Kwan (JK) : Jong Kwan adalah sutradara. Saya nggak suka disebut sutradara film pendek atau film panjang, film independen atau film dengan perusahaan besar, saya nggak begitu peduli. Karena saya sangat mencintai film, jadi sebut aja bahwa Jong Kwan adalah sutradara. Dua tahun yang lalu saya hanya ingin membuat film pendek dan saya suka sekali menyebut diri saya sutradara film pendek. Tapi setelah itu saya mulai ada keinginan bahwa saya harus membuat film panjang, walaupun saya tetap suka dan akan terus membuat film pendek.

I : Kapan ada keinginan membuat film panjang?
JK : Setetah nonton film “Nobody’s Knows”. Filmnya Kore-eda Hirokazu dari Jepang. Kamu juga harus nonton! (setelah itu Jong Kwan memberi saya DVD film itu, karena dia punya dua)

I : Mmh..Ok..Kamu sutradara yang bagaimana?
JK : Buat saya film adalah kebebasan, saya hanya ingin bebas berkarya. Dan yang terpenting terpenting dalam membuat film adalah Mind Set, cara berpikir kita. Saya nggak terlalu suka dengan teknis. Pada saat akan membuat film, hal yang penting dilakukan oleh sutradara adalah memilih kru. Pilihannya hanya baik dan buruk. Kalo baik kita ambil, yang buruk kita buang. Tapi baik dan buruk itu bukan teknis, tapi Mind Set, cara berpikir kru. Banyak Kru film di korea yang profesional secara jam terbang, tapi amatir secara cara berpikir, saya nggak suka. Dan dalam membuat film saya selalu membebaskan pemain saya, dan saya hanya menangkap emosinya, just catch the emotions! Maka dari itu saya harus percaya kepada pemain saya, dan pemain juga harus percaya pada saya. Begitu juga saya dengan kru. Kalo saya pikir baik, tapi kru (DOP dan Astrada) pikir yang saya lakukan tidak baik, akan saya buang. Saya sangat percaya kru yang saya pilih.

I : Tentang Film kamu?
JK : Beberapa film saya sangat personal. Kamu sudah liat sendiri “How to operate a polaroid camera”, “Lonely season”,”Good Bye”..dan film saya yang lain..beberapa sangat personal. Bahkan saya belum ijinkan kamu melihat film saya yang pertama, walaupun kamu udah memaksa aku sampai 7 kali selama di Almaty ataupun Seoul. Saya baru ijinkan kamu liat film itu setelah kita besok bertemu lagi. “How to operate a polaroid camera” itu cerita tentang frame pertama yang saya ambil, usiaku baru 5 tahun. Di foto itu adalah ayah dan ibuku. “Monologue #01” tentang pacarku dulu, tidak semuanya, hanya sebagian cerita. Saya pikir mood film saya nggak beda sama filmmu. Saya suka dan mengagumi sekali “half teaspoon”. Dari film itu saya merasa sangat mengerti arti film buat kamu, apalagi setelah saya tahu pemainnya adalah orang2 di sekitar kamu, bahkan ayah kamu. Dan kru adalah teman-teman kamu. Aku pikir film memiliki arti yang sama buat aku dan kamu.

I : Mungkin..Project selanjutnya?
JK : Dua tahun yang lalu saya kontrak dengan MK Pictures (sebuah perusahaan besar di korea, yang memproduksi Tae Guk Ki, dll) untuk sebuah film panjang pertama saya “A Boy”, tapi kondisi industry film korea sekarang sedang nggak bagus. Mungkin baru akan di produksi summer 2008, kemaren udah dapet support dari cinemart di Roterdam Festival 2007. Lalu MK minta saya untu membuat “A boy” menjadi low budget, saya nggak mau. Akhirnya saya menulis cerita lagi “memory” dan akan di produksi dengan HD kamera winter tahun ini. Beberapa perubahan harus dilakukan di script saya, saya lakukan karena tidak banyak perubahan dan saya masih ikhlas. Produser ingin mencari uang, saya harus merubah script untuk membuat lebih banyak uang. Saya mau melakukan selama saya masih bebas. Dua tahun yang lalu MK mengkontak saya pertama kali untuk menyutradarai “Ice Bar” (sebuah film di korea yang sudah release tahun lalu). Dan saya bilang nggak mau karena saya nggak suka scriptnya. Jadi saya akan menyelesaikan “Memory” Winter 2007 ini dan selanjutnya “A Boy” di Summer 2007.